Selasa, 16 Juni 2009
Hari
Diposting oleh Fathin NabihatyKu buka pintu kalbu
Ku jejak setapak langkah semu
Barmandikan surya kemilau
Bersandangkan aroma bayu
Merangkul embun yang asyik menyindir ku
Menghirup dingin tatapan lembu
Tersungkur dalam kubangan isyu
Terhempas deras durjana perayu
Menitah hati pada indah pelangi
Memeluk bayang wangi kesturi
Sakau..
Jauh beranjak dari jejak
Terbawa senja dalam suka sukma
Terlelap nadi dalam dekap berhala
Bermain Luka
Diposting oleh Fathin NabihatyKah kau mainkan
Yang rapuh
Kah kau tak merasa
Yang sakit dan luka
Kah kau sengaja
Sentuh
Rebut
Kah kau tak tahu
Kau tabur garam di atas luka
Kau keringkan
Kau sayat lagi
Kau tabur lagi
Sakit..
Mengukir Pelangi
Diposting oleh Fathin NabihatyMengukir pelangi nama mu
Mengejar kuda sumbawa
Meneguk rasa
Mendamba air di padang pasir
Gejolak gemuruh darah muda
Gas metan di tambang emas
Enggan meninggalkan
Menyandera jiwa ditetapi
Memupuk pelangi nama mu
Merangkai mawar hutan
Menusuk memakan darah
Menguntai luka indah
Membuang pelangi nama mu
Menanam arang hitam
Membakar tungku awan
Mengembangkan layar menarik jangkar...
Menuju samudera angkasa raya
Dendam
Diposting oleh Fathin Nabihatydalam luka
Dalam sakit
Dalam pedih
Dalam perih
Dalam sesak
Dalam neraka
Dalam topeng..
Sarat silet ku
Sayat-sayat kau!
Karena naluri binatang jalang
Diposting oleh Fathin NabihatyKarena selama angin masih berhembus
Rumput akan terus menari
Tariannya tak kan henti menggoda kambing-kambing gembala yang melilit perutnya
Yang menjerit karena cambuk tuannya
Karena selama air masih mengalir
Salmon akan terus berlari
Larinya takkan henti menggoda para pemangsa yang tajam gigi-giginya
Yang melonglong karena besar lambungnya
Karena selama jantung masih berdetak
Binatang-binatang jalang itu akan terus berlari memangsa buruannya
Terpancing apa yang namanya naluri binatang jalang
rundung hujan
Diposting oleh Fathin NabihatyRintik hujan dalam jantungku
Kian luruhi ingatan lalu
Runtuh bersama sendu
dak cuci segala debu
Yang tlah berlalu
Segala kira orang apa
Hendak tak kan rasa
Hingga raga berkelak
Dan jiwa bernisan nama
Yang kan tersisa
Rintik hujan dalam jantungku
Harap kan makan nadiku
Hentikan detik pilu
yang tiada berpijak
Habispun asa
Karena cinta yang arif
jiwa tak lagi sendiri
Yang dahulu sepi
RANTAI LUKA
Diposting oleh Fathin NabihatyKau rantai ku dengan baja tempa
Ukir ribuan kuncup kembang merah
Biarkan tumbuh bersama jantung ku
Angin bawa aku pulang
Lepaskan ku dari sandera
Tebarkan mawar biru ku padanya
Biar hujan lenyapkan semua
Bawa kau pada ku
Ku rantai kau dengan tangkai mawar
Namun kapankah…
Pupus dalam Tragedi
Diposting oleh Fathin NabihatySepanas terik surya mengorek dasar jiwa
Kubur raga dalam perih nanah dan darah
Senandung violin cabik-cabik jantungku
Coba musnahkan adamu dengan sebijih dusta
Terjang sang surya dengan keris satria
Bawa ku pada jubah baja mu
Hapus nyanyian gambus dengan kata menghunus
Coba musnahkan adanya dengan segores luka
Apalah makna dusta nirwana
Bila darah warnai waktu dalam lagu senduku
Bila air mata mengisi luka dalam jantungku
Coba musnahkan adaku dengan secuil aksioma
TAK SEBAGAIMANA YANG KUTAHU
Diposting oleh Fathin NabihatyAku tahu cinta itu buta
Namun tak dapat ku elakkan
Cintaku selalu datang pada waktu yang salah
Datang tanpa diundang
Bagai lintah melekat selamanya
Hingga habis darah dalam tubuhku
Aku tahu cinta itu fitrah
Namun tak dapat kutepiskan
Cintaku selalu jatuh pada lelaki yang salah
Menorehkan luka mendalam
Tanpa tahu kebenaran sejati
Aku tahu kepalaku bukanlah sebuah novel bagi mereka
Oleh karenanya aku selalu berpura-pura
Dan memendamnya dalam-dalam
Namun tak dapat kusembunyikan cacat di wajahku
Sampai kapan aku harus sembunyi?
Aku tahu tubuhku masih punya dua kaki
Tapi hatiku butuh tambatan
Ia masih begitu rapuh, dan akan tetap begitu
Akankah ia kuat suatu hari nanti?
Rajut Impiku
Diposting oleh Fathin Nabihatyimpi seiras helai sutera
musti kurajut
satu-pesatu
dua, tiga, sepuluh, lima puluh
seratus, seribu, sejuta
sulit memang bumi mengajariku
hingga lewat dewi malam terbit tenggelam
hingga iram jemariku mengisak
hingga asam kudengar embun berbisik
boleh aku pakai sweatermu..
celis citaku di ujung tombak
belum habis hujan peluhku menganak sungai
belum jua gapai tanganku sampai
musti dipenggal!
ia..
tak boleh mendung mataku
panggilkan fajar!
biar segala onak lari ke surga
biar bisa kupakai sweaterku